IMABU Fasilitasi Mahasiswa STAI RAYA dalam Kaderisasi Non Formal


no image

Sebagaimana organisasi kemahasiswaan lainnya, IMABU (Ikatan Mahasiswa Bustanul Ulum) menghendaki adanya regenerasi. Serta sadar betul bahwa kaderisasi adalah ruh dari organisasi itu sendiri. Karena itu, kepengurusan yang dinahkodai oleh Gus Abdul Ghoni Fahmi senantiasa melakukan ikhtiar baik kaderisasi formal, non formal dan informal.

Kali ini, STAI RAYA sebagai salah satu regenerasi yang akan membawa IMABU lebih maju lagi mendapat perhatian khusus dari kepengurusan. Mengingat Mahasantri yang berdomisili di pesantren tidak bisa mengikuti kaderisasi formal yakni Mastaba karena pelaksanaan kegiatan yang di luar lingkungan pesantren. Kendati demikian, kepengurusan tidak kehilangan akal untuk terus merawat kader-kader Mahasantri ini.

Bersamaan dengan momentum Maulid Nabi Muhammad Saw, Hari Santri Nasional dan Sumpah Pemuda, IMABU menginisiasi seminar dengan tema "Meningkatkan semangat santri dalam menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad."

Kegiatan yang dilaksanakan di lantai 2 Auditorium PP. Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember tersebut berjalan dengan khidmah dan penuh ilmu (28/10/2023). Bagaimana tidak, Ustadz Ahmad Hasan Musthofa sebagai pemateri dalam diskusi tersebut dapat memantik semangat diskusi Mahasantri STAI RAYA. Di antara yang beliau sampaikan adalah menyoal buah dari Ittiba' (mengikuti) Sunnah Rasulullah. Yaitu, Mahabbatullah, Rahmatullah, Hidayatullah, Mushahabatul Akhyar Fil Jannah, Nadharatul Wajhi, Mujawaratur Rasul dan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Buah yang sangat menarik ummat manusia untuk menanam pohonnya.

Menurut beliau juga, agar seseorang dapat memetik buah tersebut maka harus dibarengi dengan amal yang ikhlas dan benar. 

Selain melatih dialektika Mahasantri STAI RAYA, forum seperti ini diperlukan untuk menambah wawasan mereka. Maha adalah orang yang tidak lepas dari unsur intelektualitas dan santri adalah seseorang yang tidak pernah meninggalkan unsur khidmah (pengabdian).

Dua unsur tersebut tidak boleh ditanggalkan oleh Mahasantri dalam menentukan posisinya mengabdi pada agama dan negeri. Orientasinya, tetap ridho Allah. Semoga kita semua, para generasi ini selamat dan menyelamatkan, hidup dan menghidupkan. Amin.