KEBHINEKAAN GLOBAL SEBAGAI PEMBENTUK SISWA BERKARAKTER


no image

Bhineka berarti keberagaman, bermacam-macam, atau berjenis-jenis yang mengarah kepada banyaknya perbedaan yang ada di dalam kehidupan. Kebhinekaan dalam nilai nasional merupakan beraneka ragamnya suku, ras, agama, bahasa, budaya, dan tradisi yang ada di Indonesia (berbaur dalam suatu rasa persatuan dan kesatuan). Ber-Kebhinekaan Global (bhineka dalam ranah global) adalah rasa toleransi terhadap keberagaman dan saling menghargai perbedaan yang ada dalam kehidupan atau lingkungan yang lebih luas.

Dalam upacara yang diadakan oleh SMP Plus Bustanul Ulum (SMPBU) pada hari Senin, 4 Desember 2023, Iftitah Rizka, S.Pd.,  yang menjadi pembina mengusung materi tentang "Ber-Kebhinekaan Global". Dalam amanatnya, guru muda yang akrab disapa Ms. Ica itu mengungkapkan bahwa tujuan utama bhineka global tertuang dalam profil pancasila, yakni menumbuhkan rasa saling menghargai dan menyayangi perbedaan yang ada. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1. Tidak pilih-pilih dalam berteman

Seperti yang tertera pada pengertian di atas, bahwasanya di dalam lingkungan kita terdiri dari berbagai individu yang berbeda, baik warna kulitnya, perekonomiannya, maupun wujud fisik orangnya. Nah, sebagai pribadi yang menanamkan sikap menghargai terhadap perbedaan, maka  sesama manusia sepatutnya kita berteman dan bersikap baik kepada siapapun.

"Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan di antara kami." (Hadist Shahih, Riwayat, At-Tirmidzi, Lihat Shahiihul jaami' no. 5445). Dalam amanatnya, Ms. Ica mengutip Hadis Rasulullah tersebut, menambahkan kalimatnya sebelumnya. Dimana, rasa menghargai dan menghormati pun juga ditujukan kepada mereka yang memiliki perbedaan usia.

2. Mempelajari bahasa asing

Sedikitnya, bentuk rasa cinta terhadap tanah air adalah mampu untuk berbahasa Indonesia dengan baik. Namun, bukan berarti kemudian kita membatasi dan menutup diri terhadap bahas asing, salah satunya adalah Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional, ataupun Bahasa Arab yang juga dikenal sebagai Bahasa Nabi atau Bahasa Alquran. Kedua bahasa tersebut penting untuk dipelajari dan diamalkan sebagai wujud kita dalam belajar dan mempelajari ilmu yang beragam. Selain itu, mempelajari bahasa asing juga memiliki manfaat tersendiri, yaitu sebagai penghubung antarnegara dan alat untuk memahami daripada maksud tulisan atau lisan yang diucapkan oleh orang lain.

"Kita sebagai santri, tidak hanya mengaji dan mengabdi, akan tetapi juga sebagai poros peradaban melalui pendidikan karakter dan sebagai jawaban terhadap tantangan zaman. Oleh karena itu, kita tidak boleh tertinggal dalam hal pendidikan, salah satunya adalah dengan melek bahasa asing." Kata Ms. Ica.

Pendapat Ms. Ica ini menjadi jawaban atas stereotip tentang santri yang dianggap hanya fokus memperdalam ilmu agama, padahal santri turut dibentuk agar ia mampu menjadi nahkoda di masyakat global, salah satunya dengan memperdalam ilmu umum.

3. Menerapkan sikap toleransi dan menghargai pendapat

"Orang lain itu di luar kendali kita". Mungkin kalimat tersebut kerap kita dengar, atau mungkin hanya sekali. Kita tidak bisa menyenangkan orang lain, begitu pula orang lain yang tidak selalu suka atau setuju dengan apa yang kita bicarakan, apa yang kita lakukan, apa yang kita pakai, bahkan apapun yang melekat pada diri kita. Bukan tugas kita untuk menyenangkan hati orang banyak, namun kewajiban kita adalah bersikap baik kepada orang lain, tanpa memandang derajat atau status orang tersebut.

Sikap toleran tersebut memang susah untuk dibentuk, namun tidak akan susah jika diusahakan. Dari hal terkecil, misalnya dengan menghargai pendapat orang lain. Karena setiap orang memiliki pemikiran sendiri yang mungkin saja berbeda. Oleh  karenanya, menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari penting untuk dilakukan sebagaimana kita sebagai makhluk sosial.

Sehingga, secara sederhananya kebhinekaan global menjadi salah satu pembentukan karakter, utamanya karakter pelajar agar berwawasan, disiplin ilmu, dan menghadapi globalisasi di segala aspek kehidupan di dalam lapisan masyarakat.

Upacara yang dilakukan di lapangan belakang pondok putri ini, berlangsung cukup baik dan diakhiri dengan penyerahan piagam  penghargaan kepada kelas pemenang lomba Hari Guru Nasional (HGN) Ke-78, dengan 3 kategori, yaitu: lomba buket, lomba foto bersama, dan lomba surat cinta untuk guru. Penganugerahan  diberikan oleh Ibu  Nur Aini, S.Pd., sebagai Kepala Sekolah SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo.