Waka Kurikulum: "Bukan Sekedar Meningkatkan Keterampilan Siswa, Ekskul Juga Mengajarkan Tanggung Jawab"


no image

Kegiatan Ekstrakulikuler/Ekskul merupakan kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang bertujuan sebagai wadah untuk pengembangan kemampuan, potensi, serta minat dan bakat siswa. Layaknya vitamin, ekskul menjadi penunjang siswa untuk semakin memperdalam wawasan sekaligus rasa tanggung jawab memberikan kesempatan pada dirinya untuk mengoptimalkan kemampuan dan wawasan dalam segi keterampilan aktif. Sehingga, adanya kegiatan ekstrakulikuler memiliki tujuan khusus agar siswa mampu untuk memanfaatkan pendidikan kepribadian dengan mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya agar potensi mereka dapat teraktualisasi dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.

Kegiatan ekstrakulikuler sudah pasti ada di tiap-tiap sekolah, sama halnya pada lembaga pendidikan SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo. Ada berbagai macam kegiatan tambahan yang disediakan untuk siswa sesuai dengan minat mereka, diantaranya: pramuka, literasi, kaligrafi, IPA, MTK, sepakbola, voli, bulutangkis, dan MQK (Muhasabatul Qiraatil Qutub). Tujuan daripada kegiatan ekstrakulikuler ini sesuai dengan apa yang tertera pada penjelasan di atas, bahwasanya untuk menunjang minat dan bakat mereka melalui penambahan wawasan sehingga menjadikan keterampilan yang lebih optimal. Selain itu, tujuan khususnya ialah untuk mempersiapkan kandidat yang akan dikirim dalam perlombaan. Sehingga mereka yang sebelumnya telah dibentuk melalui kelas tambahan, sudah memiliki kesiapan yang mumpuni untuk unjuk bakat.

Sedikitnya, terdapat empat fungsi dari kegiatan ekstrakulikuler, diantaramya:
1. Fungsi Pengembangan
Ekskul sebagai wadah untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa di bidang terkait yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Pada bagian pengembangan ini, siswa diberikan ilmu secara lebih mendalam 
2. Fungsi Sosial
Karena ekskul merupakan kelas tambahan, dalam satu ruangan biasanya terdiri dari sekumpulan individu atau sekelompok siswa dari kelas yang berbeda. Pada fungsi sosial inilah, ekskul menjadi tempat yang ideal bagi siswa untuk menambah relasi, melatih keterampilan komunikasi, dan kemampuan bersosialsasi. Fungsi sosial juga menjembatani siswa agar memiliki rasa tanggung jawab dan membentuk pribadi yang berkarakter dan bermoral.
3. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif berarti kegiatan ekskul menjadi sarana relaksasi yang dilakukan secara menyenangkan atau dengan tantangan yang lebih menarik. Fungsi ini menghadirkan suasana siswa dalam belajar lebih gembira, sehingga menghadirkan momen belajar siswa yang lebih ekspresif.
4. Fungsi Kompetitif
Sifat kompetitif merupakan hal yang naluriah dimiliki oleh manusia. Namun, baik tidaknya suatu kompetisi tergantung pada pembawaan individu mengartikan sebuah persaingan, apakah itu hal yang positif ataukah negatif. Kompetitif dalam ranah fungsi kegiatan ekstrakulikuler merupakan ajang bagi siswa untuk menilai kemampuan diri dengan melihat kapabilitas atau kemampuan orang lain dengan tujuan mengetahui kekuarangann dan hal apa yang perlu ditambahkan, selain itu fungsi kompetitif juga bertujuan untuk mempersiapkan diri siswa (baik kecerdasan maupun mental) dalam menghadapi perlombaan. Siswa ditempa agar memiliki rancangan kesiapan agar mampu untuk bersaing, baik antarsiswa satu sekolah maupun dengan siswa lain di luar sekolah.

Secara keseluruhan, kegiatan ekskul merupakan salah satu dari banyak cara untuk membentuk pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab, disamping memperluas wawasan siswa. Namun demikian, usaha yang dikerahkan lembaga ini tak selamanya berjalan mulus untuk menuju hasil yang maksimal. Menurut Ibu Riwayati, S.Pd., sebagai Waka Kurikulum SMPBU menyatakan bahwa pihak sekolah sampai detik ini selalu mengusahakan dan memantau keaktifan siswa dalam mengikuti kelas tambahan. Pada sesi evaluasi, Ibu Riwayati menyoroti daftar hadir siswa yang menggambarkan keaktifan siswa mengikuti kegiatan kelas tambahan. Beliau tengah menindaklanjuti siswa yang dinilai kurang aktif dalam mengikuti kelas dengan melihat data absensi akhir bulan.
"Satu alasan yang membuat mereka ini jarang masuk ekskul adalah karena malas. Namun dibalik itu, faktor yang membuat diri mereka malas adalah karena kurangnya manajemen waktu." Kata Bu Riwayati.

Jika sudah bertemu dengan kata malas, guru hampir saja kehilangan akal untuk menangani siswa tersebut. Namun menurut Bu Riwayati, guru juga tidak bisa berekspektasi tinggi kepada anak-anak dikarenakan rasa malas itu muncul karena faktor kurangnya disiplin waktu. Siswa yang notabene seorang santri dan tinggal jauh dari orang tua, maka dengan dilepasnya anak itu mereka harus mandiri untuk bisa membawa dan menavigasi diri mereka sendiri. Misalnya saja, ketika masuk jam tidur siang, mereka malah bersenda gurau dengan teman-temannya, belum lagi kegiatan pondok yang juga padat menjadi salah satu penyebab mereka kelelahan ketika sudah di sekolah. Nah, ketika jam pelajaran tambahan, siswa ini kemudian tidak mengikutinya dengan alasan mencuci, membersihkan sepatu, atau dipakai untuk tidur.

Mengingat, siswa ini merupakan anak-anak yang berada di tengah-tengah anak usia Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana mereka sedang mengalami fase peralihan dari anak-anak menuju remaja. Maka perlu kerja ekstra untuk mendidik anak-anak agar mampu mandiri dan disiplin sejak dini. Jika ada 1-10 anak dari satu kelas yang bisa berpakaian rapi dan rajin itu sudah bagus sekali. Nah, sisanya inilah yang menjadi PR bagi para guru untuk selalu memonitoring perkembangan siswa. Jika melalui diberikannya sanksi, kemudian siswa tersebut kembali aktif dalam bersekolah dan mengikuti kegiatan ekskul atau dari cara berpakaian yang semula tidak rapi menjadi rapi, guru sudah sangat bersyukur dengan perubahan kecil yang terjadi.

Sesuai perjanjian dalam pertemuan dengan wali murid yang telah dilakukan tempo hari, siswa yang tidak disiplin akan diberikan sanksi berupa dijemur di lapangan agar merenungi perbuatan mereka, kemudian diberikan sanksi edukatif berupa hafalan materi yang tertinggal. Saat ditemui oleh Tim Media SMPBU (6/12), Bu Riwayati tengah memberikan sanksi kepada siswa yang memiliki absensi dengan banyak alfa atau nyaris kosong pada jam kelas tambahan. Setelah sesi permenungan dengan dijemur di lapangan, siswa akan ditanyai atau diberikan kuis berupa materi-materi yang sebelumnya tertinggal.
"Saya sebenarnya paham mereka ini masih susah untuk membawa dan memimpin diri mereka sendiri, apalagi jauh dari orang tua. Namun, jika bukan kita gurunya, siapa lagi yang akan mengajarkan mereka rasa tanggung jawab. Karena mereka diantar orang tuanya kemari adalah dengan harapan anak-anak mereka mampu untuk menuntut ilmu dan menjadi pribadi yang bermanfaat. Oleh karena itu, setiap kali memberikan sanksi, saya selalu memberikam gurauan di akhir, agar mereka tidak merasa dendam atau merasa dijatuhkan. Kenapa? Ya karena itulah susahnya mendidik siswa yang sedang mengalami fase pubertas, fase dimana pola pikirnya akan berkembang menjadi lebih kritis atau fase menemukan jati diri. Tapi baiknya adalah, jika mereka sudah terbiasa dibentuk sedemikian rupa, perubahannya akan terlihat ketika mereka sudah memasuki masa remaja kelak. Mereka mampu mandiri dan bertanggung jawab dengan pilihan atau jalan yang dipilihnya." Terang Bu Riwayati, usai memberikan sanksi edukatif kepada siswa.

"Kegiatan ekskul ini bukan berarti tidak penting karena di luar KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas. Bukan sekedar menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan, namun juga untuk melatih siswa bersikal tenggaung jawab dengan apa yang telah dipilihnya. Karena kegiatan ekstrakulikuler ini merupakan kegiatan pilihan. Pilihan dari siswa sendiri." Kata Bu Riwayati menambahkan.

Secara garis besar, konteks tanggung jawab disini ialah siswa mengetahui jika ia tidak melaksanakan kewajiban maka harus siap dengan konsekuensi atau resiko di belakangnya. Di sisi lain, kegiatan ekstrakulikuler ini bagus untuk melatih kecerdasan, keterampilan, dan pembentukan karakter siswa.