KOMBINASI MODEL DAN METODE INOVATIF SEBAGAI STIMULUS BELAJAR KREATIF DAN PRODUKTIF


no image

Dalam upaya transfer ilmu, merupakan suatu keharusan bagi guru untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mendesain suatu pembelajaran. Guru dituntut untuk memiliki kecakapan mengajar sesuai dengan perkembangan zaman. Dilihat dari masa ke masa, perubahan global dan kemajuan teknologi telah menggeser pembelajaran abad 19-20 menjadi era pendidikan abad 21. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan abad 21 telah mengganti metode mengajar secara konvensional menjadi lebih modern dan inovatif, salah satu perbedaan yang menonjol dapat dilihat melalui pendekatan pembelajaran, yang awalnya lebih berfokus pada guru (Teacher Centered Learning), berganti menjadi pembelajaran yang dilakukan melalui pendekatan dengan berfokus pada siswa (Student Centered Learning). Sehingga menekankan pada kemampuan peserta didik untuk fleksibel belajar (dimanapun, kapanpun, dan dari sumber manapun), melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis, merumuskan masalah, serta memecahkan masalah (problem solving). Pendidikan abad 21 yang juga dikenal dengan abad pengetahuan adalah suatu usaha mendidik dengan mengintegrasikan kecakapan siswa pada kecerdasan intelektual, keterampilan, moral, dan penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dapat diartikan bahwa kecakapan yang dibutuhkan dewasa ini adalah keterampilan berfikir lebih tinggi atau biasa dikenal HOTS (Higher Order Thingking Skills) yang sangat diperlukan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu bersaing dikancah global.

Berkenaan dengan hal tersebut, penguasaan guru terhadap metode belajar harus dipahami betul, agar pengelolaan kelas dapat dilakukan secara maksimal. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Imro'atus Sholilah, S.Pd., M.Li., salah satu guru Bahasa Indonesia di SMP Plus Bustanul Ulum Mlokorejo (SMPBU) yang mengkolaborasikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode Mind Mapping, pada materi "menulis cerpen". Penggunaan dua model pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks menuntut siswa untuk berfikir kritis (HOTS), mulai menganalisis teks sampai menciptakan teks.

"Melalui studi kasus selama saya mengajar, pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks itu merupakan pembelajaran yang HOTS atau masuk dalam kategori tingkatan sulit, yang mana selain membaca tulisan, di akhir pembelanaran siswa harus mampu untuk memproduksi suatu tulisan. Maka, perlu dirangsang melalui metode yang memberikan stimulus kreativitas mereka." Tutur Bu Iim.

Dalam kaitan meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam menyusun teks berupa cerpen, guru yang akrab disapa Bu Iim di lingkungan SMPBU ini, merancang strategi pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang dikombinasikan dengan metode Mind Mapping. Model Pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada siswa, yang mengutamakan seberapa aktif peserta didik di dalam kelas untuk selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan berbagai sumber maupun pengalaman sehari-hari untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Model pembelajaran ini mengupayakan siswa untuk membuat/merumuskan masalah, yang kemudian dari permasalahan itu mereka secara aktif mengumpulkan sumber-sumber informasi untuk menjawabnya. Sedangkan Mind Mapping atau kerangka berfikir adalah metode belajar yang dirancang dengan memetakan informasi melalui media grafis, dapat berupa garis percabangan, gambar, maupun kata kunci. Metode ini merupakan sebuah peta pemikiran yang terdiri dari kata kunci berupa langkah-langkah sistematis. Melalui kata-kata kunci yang tersusun inilah siswa mampu untuk berfikir kritis dan kreatif mengembangkan suatu kerangka cerita ke dalam serangkaian kalimat hingga menghasilkan produk pembelajaran berupa teks  cerpen.

Bu Iim juga menambahkan bahwa, kombinasi yang dipilih itu termasuk dalam pemilihan model dan metode pembelajaran inovatif abad 21 karena memancing peserta didik untuk berfikir kritis, yatiu dengan memberikan stimulus atau rangsangan melalui rumusan masalah yang dibuat oleh siswa. Ini memberikan keleluasaan kepada siswa dalam mengidentifikasi masalah dan menciptakan diskusi antarsesama. Sehingga ide atau gagasan yang muncul lebih beragam. Kombinasi metode mind mapping semakin meningkatkan kreatifitas siswa melalui pengolahan kata-kata terstruktur menjadi kerangka cerpen yang kemudian dalam hal ini siswa menyusun bagian-bagian cerpen secara sistematis. Keduanya selain menumbuhkan sikap berfikir kritis (critical thingking) juga menjadikan siswa untuk berfikir kreatif (creative thingking). Sehingga pembelajaran di dalam kelas lebih efektif dan tidak ada celah bagi siswa untuk mengobrol, mengantuk, atau tidak fokus di dalam kelas. Pembelajaran dengan kombinasi metode ini dinilai lebih efektif, karena dengan begitu siswa akan full mengisi waktu mereka untuk berfiikir dan berkarya. 

Di akhir, Bu Iim mengungkapkan, bahwa caranya ini merupakan salah satu dari banyak upaya yang dilakukan guru untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Beliau mengungkapkan bahwa "siswa tidak bisa disalahkan atas ketidakmampuannya dalam belajar, gurulah yang harus tanggap dalam mengamati kondisi dan kebutuhan siswa. Sehingga walau secara keseluruhan mereka kurang memenuhi kapabilitas yang ditentukan. Paling tidak siswa merasa pembelajaran yang disampaikan menyenangkan dan tidak membosankan. Manakala, terdapat satu atau dua poin yang mereka pahami, itu sudah cukup."

Ungkapan yang luar biasa ini mengajarkan kepada kita (sebagai guru), untuk selalu intropeksi dan memperbaiki segala hal yang bertujuan untuk mencerdaskan peserta didik, karena pada dasarnya guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik, akan tetapi juga sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan untuk melancarkan pelaksanaan fungsi pendidikan.